Dari judulnya sudah terkutuk begitu ya, film ini mulai tayang di pertengahan bulan Oktober 2019 tepatnya tanggal 17 Oktober 2019, iklan sudah wira-wiri di TV dan beda dari iklan film di bioskop pada umumnya. Nah selang beberapa hari saya punya kesempatan nonton film ini, yang buat saya tertarik dan menarik difilm ini adalah sutradaranya yaitu bang Joko Anwar, yang jelas sutradara ini selalu berkembang dan mau belajar dari film lain khususnya film dari luar yang dimana standar film Indonesia semakin bertambah dari sisi kualitasnya.
Setelah menggarap film jagoan lokal si Gundala, bang Joko Anwar berani memberikan standar baru bahwa kualitas filmnya dijadikan patokan kualitas terbawah menurutnya, menurut saya itu pernyataan keren dan jujur dari bang Joko Anwar, maksud pernyataannya bahwa jika ada yang mau menggarap film jagoan lagi, film Gundala dijadikan patokan terbawah dan diharapkan jauh lebih baik dari film ini. Masuk akal bang, sutradara ini yang berani menantang sineas untuk lebih profesional dan eksplorasi diri sampai 100% bahkan lebih....maju film Indonesia.
Ok balik ke film perempuan tanah Jahanam, setelah nonton ini film memang berbeda dengan film pengabdi setan, dan jangan disamakan ya....meski sama-sama film horor tapi film perempuan tanah Jahanam cendrung bergenre horor Gore, kenapa? karena ada adegan berdarah, sayatan, sadis.....apakah termasuk horor psikologi? saya rasa kurang bahkan tidak....kenapa? alangkah baiknya saya ulas langsung saja ini film, ingat ketikan saya ini Spoiler besar, kalau gak mau kena Spoiler mending gak usah dibaca, tapi nonton langsung saja dibioskop.
Dari adegan awal sudah disuguhi adegan menegangkan, si Maya/Rahayu yang diperankan Tara Basro menjadi center film ini, adegan awal dimulai si Rahayu yang bekerja menjadi penjaga pintu tol, disini si Maya sedang telpon dengan temannya bernama Dini yang sama-sama menjaga pintu tol, bedanya si Maya menjaga pintu exit tol, dari gambaran 2 tokoh wanita diatas digambarkan bahwa mereka wanita yang mandiri dan agak liar, komunikasi mereka kasar dan jorok. di adegan ini Maya diserang lelaki yang tidak dikenal, dan Maya terluka kena sayatan di bagian paha. setelah kejadian itu Maya dan Dini memutuskan resign dari penjaga pintu tol, mereka melanjutkan hidupnya dengan cara berdagang bisnis pakain di pasar tapi usaha mereka tidak berjalan mulus bahkan merugi. Sebagai alternatif lain Maya memutuskan pergi ke desa guna mendapatkan uang, siapa tahu dia punya warisan dari keluarganya , meski dia tidak tahu darimana asal-usul nya, pada bagian ini ada adegan di wc umum, bahkan Tara Basro melorotkan celananya meski tidak kelihatan jelas bagian intimnya, menurut saya ini adegan berani yang dilakukan Tara Basro di film ini.
Dilanjut ke adegan berikutnya dengan mudik ke desa, Maya hanya punya petunjuk yang dia dapat dari budenya berupa foto satu-satunya dan ucapan pria yang mau menghabisinya di gerbang tol, disini Maya pergi mudik ditemani Dini, sampai lokasi desa Maya dan temannya mengaku sebagai mahasiswa dan mau membuat penelitian tentang dalang wayang, padahal tujuan mereka mau mencari asal usul Maya dan berniat mau menjual rumahnya.
Nah ketegangan dimulai, banyak adegan yang menegangkan disini, dimulai dari tempat mereka menginap yang dimana merupakan rumah yang sudah 20 tahun ditinggalkan di desa, kasus kematian yang tiba-tiba, yang menjadi misteri kenapa tidak ada anak kecil berkeliaran, nah ternyata ada keterkaitan disitu, penyebabnya adalah kutukan yang terjadi di desa tersebut. lambat laun Maya dan Dini ketahuan bahwa mereka tinggal di rumah tua tersebut, saran warga untuk meninggalkan tempat tersebut, karena Maya sedang tidak ditempat Dini malah diajak dan diantar menemui kepala desa setempat Ki Saptadi, disini Dini malah jadi korban pembunuhan oleh warga setempat, alasan dini dihabisi karena dini mengaku sebagai pewaris rumah besar tersebut dengan mengaku-ngaku sebagai Rahayu (alias Maya). cara menghabisi dini dengan digantung terbalik dengan diberi ember bawahnya, dalam proses penghabisan nyawa dini, ternyata diotaki warga bersama Ki Saptadi dan Nyi Misni (Ibu Ki Saptadi), nah ternyata dini gak cuman dihabisi tapi juga dikuliti, adegan Nyi Misni menjemur kulit bagian dada, terlihat jelas bagian payudaranya....disini saya merasa aneh nonton film ini, kenapa bukan bagian punggung yang banyak kulitnya dijemur.
Setibanya di rumah tua Maya mencari dini tapi tidak ditemukan, disini Maya mencoba minta bantuan ki Saptadi dan warga tapi hasil nihil. Dalam proses pencarian Maya sudah depresi dan tiba-tiba muncul anak kecil kemudian mengajak Maya bahwa akan ada kelahiran bayi, disini Maya mengintip rumah yang sedang kelahiran bayi, ternyata bayi yang dilahirkan lahir dengan kondisi tak normal, dan bayi itu malah ditenggelamkan didalam ember berisi air, liat kejadian itu Maya kaget dan menyenggol barang sekitar, disini tiba-tiba Maya dibantu Ratih supaya tidak ketahuan.
Singkat cerita, karena setiap kelahiran bayi di desa itu, selalu lahir dengan kondisi tak normal, kutukan di desa tersebut belum hilang, pada akhirnya Nyi Misni dan Ki Saptadi tahu bahwa wanita yang dikorbankan bukanlah Rahayu yang asli, Ki Saptadi menyuruh semua warga untuk menutup semua akses jalan keluar desa dan menangkap Rahayu yang asli. Dalam proses melarikan diri Rahayu dibantu Ratih, alasan Ratih membantu Rahayu karena Ratih tidak suka dengan desa tersebut khususnya Ki Saptadi. Ujung cerita Rahayu berhasil pergi dari desa tersebut dan berhasil juga menghapus kutukan di desa tersebut. Mungkin lebih jelasnya brosis bisa liat langsung filmnya biar lebih jelas lagi, karena butuh konsentrasi dalam mengikuti alur ceritanya, dari asal mula penyebab kutukan dan cara menghilangkan kutukannya.
Overall garapan Joko Anwar ini minim jumpscare, bahkan tidak ada....untuk cerita bagian ujung agak bikin bingung, karena ada cerita flashbacknya, dan harus konsentrasi karena dikit njlimet, mungkin bagian ini yang menurut saya agak kurang, apakah film ini lebih bagus dari pengabdi setan? hmm 11 12, tapi kalau saya lebih memilih pengabdi setan meski jump scare bikin jantungan, untuk nilai saya beri 7 dari 10 saja untuk film ini.... kalau brosist Monggo nilai sendiri.